Ternyata Ini Penyebab Meningkatnya Angka Kemiskinan di Sulteng, Seperti ini Data BPS
IDZONE, PALU – Pernyataan Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali, tentang ketimpangan ekonomi di Sulawesi Tengah mencerminkan paradoks yang menghambat kemajuan provinsi ini. Meski ekonomi tumbuh pesat, angka kemiskinan tetap tinggi.
Berdasarkan data BPS, persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada Maret 2023 mencapai 12,41 persen, naik dari 12,3 persen pada September 2022. Jumlah penduduk miskin bertambah 5.950 orang menjadi 395.660 orang.
Salah satu penyebabnya adalah pertumbuhan industri pertambangan nikel di daerah seperti Morowali, yang meningkatkan harga kebutuhan pokok dan memperparah ketimpangan ekonomi.
Kebijakan penguatan UMKM dan penyaluran bantuan sosial yang belum optimal juga menjadi faktor kenaikan angka kemiskinan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah sedang berupaya mengatasi masalah ini dengan berbagai program, seperti penguatan ekonomi lokal dan pemerataan pembangunan.
Namun, para ahli menekankan perlunya perubahan paradigma pembangunan dari “growth oriented” menjadi “equity for growth”, yang fokus pada pemerataan dan keadilan.
Presiden Joko Widodo juga mengingatkan agar pembangunan di Sulawesi Tengah tidak hanya bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat.
Data Terbaru dan Tren Positif
BPS merilis beberapa data yang menunjukkan tren perekonomian dan kesejahteraan di Sulawesi Tengah:
– Perekonomian : Triwulan I tahun 2023 terkontraksi sebesar 0,79 persen terhadap triwulan III 2022.
– Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) : Pada Februari 2023 sebesar 3,49 persen, naik dari 3,00 persen pada Agustus 2022.
– Penyaluran Bantuan Sosial : Progres penyaluran bansos untuk Program Sembako Tahap I 2023 sebesar 88,2 persen, dan PKH Triwulan I 2023 sebesar 92,4 persen.
– Laju Inflasi : Pada periode Sept 2022-Maret 2023 sebesar 1,40, lebih rendah dibandingkan periode Maret-Sept 2022 sebesar 3,82.
– Nilai Tukar Petani (NTP) : Pada Maret 2023 sebesar 101,83, naik 2,84 poin dibandingkan September 2022.
Meskipun ada peningkatan angka kemiskinan pada 2023, tren positif terlihat pada akhir tahun 2023 dan awal 2024. TPT Sulawesi Tengah pada akhir 2023 berada di angka 2,95 persen, turun dari 3,75 persen pada tahun sebelumnya. Persentase kemiskinan ekstrem juga menurun dari 3,02 persen tahun 2022 menjadi 1,44 persen tahun 2023.
Menyongsong Masa Depan yang Lebih Baik
Penurunan angka kemiskinan dan pengangguran menunjukkan bahwa program pemerintah dan kontribusi berbagai pihak mulai membuahkan hasil. Gubernur H. Rusdy Mastura menyatakan bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerjasama semua stakeholder, termasuk pelaku usaha yang membuka lapangan kerja bagi masyarakat Sulawesi Tengah.
Pemerintah Provinsi bertekad untuk terus menekan dan menjaga kestabilan angka pengangguran dan kemiskinan dengan berbagai program pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Namun, tantangan masih ada, dan perubahan paradigma pembangunan menjadi kunci. Fokus pada pemerataan dan kesejahteraan masyarakat, alih-alih hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, akan menjadi langkah penting dalam mengatasi ketimpangan dan memajukan Sulawesi Tengah ke arah yang lebih baik.***